7/10/18

Tentang arti perjuangan, kesabaran, dan penantian ​

Karena menikah adalah salah satu ibadah, pintu gerbang menuju ridho dan berkahNya
Memang benar, bukti dari cinta tidak lain adalah menikah. Dengan menikah, pintu keberkahan dan rezeki akan terbuka lebar. Itu yang saya rasakan sendiri. Setelah menikah kehidupan saya dan suami makin lebih baik dan cukup, juga saya yakin Allah pun semakin ridho dengan hubungan kami sehingga keberkahan dapat kami rasakan terus mengalir setiap harinya.

Namun, bukan hidup namanya jika tidak ada hitam dan putih. Senang dan duka. Kami sadar, tidak ada yang sempurna (kecuali Allah) termasuk hidup kami. Disamping kami merasakan bahagia yang sangat luar biasa karena sudah dapat bersatu dalam ikatan suci nan penuh berkah ini, masih ada hal lain yang kami rasa kurang. Rasa hampa dan sepi yang silih berganti dari hari ke hari. Rasa rindu kepada seseorang yang entah kamipun belum pernah menjumpa sebelumnya. Rasa ingin memiliki sesuatu yang diluar batas kemampuan manusia. Tidak lain, kami merindukan dan menantikan kehadiran momongan. Iya, kami sangat menginginkannya.

Dari awal pernikahan, kami tidak pernah berencana bahkan terfikirkan untuk menunda kehadiran momongan, bahkan kami sudah rutin menjadwalkan HB, saya pun sudah rutin mencatat masa subur menggunakan aplikasi, dan minum susu pra-kehamilan tapi tetap saja momongan yang kami nanti-nantikan belum hadir juga. Sedih? Iya, jelas, dan pasti.
Sampai berada di titik terbawah, ter-PHP-kan oleh takdir
Pernah suatu ketika, pada awal bulan kedua pernikahan yaitu awal Mei 2017, saya merasakan ada sedikit keanehan ditubuh saya. Badan saya mulai mudah lelah, awalnya saya fikir karna saya capek PP Depok-Jakarta untuk bekerja namun saya sadar saya sudah telat haid sebulan full! Seingat saya, saya terakhir haid itu bulan Maret, dan nyatanya April saya gak haid sama sekali. Untuk pertama kalinya saya telat haid tapi degdegan. memang sewaktu gadis juga saya sudah biasa telat haid tapi kali ini ada sensasi yang berbeda. Sensasi penuh harap-harap cemas yang disertai dengan rasa penasaran & pengharapan yang amat besar, juga senang. Akhirnya pada waktu itu saya minta suami untuk membeli testpack. Sebelum solat subuh saya coba tes tanpa sepengetahuan suami. Saya ikuti petunjuk yang ada dibungkusnya dan ketika melihat hasilnya seketika saya kecewa dan sedih. “Masih garis satu” dalam hati saya. Malu bilang sama suami tapi akhirnya bilang juga dan suami responnya masih santai saja dan terkesan cuek. Tapi tetap menguatkan saya.

Pagi harinya, saya coba browsing, ternyata ada kasus orang hamil tapi tidak terdeteksi oleh testpack alias testpack negatif tapi hamil. Disini saya merasa punya harapan kembali. Sesampainya di kantor (tanggal 6 Mei 2017 seingat saya) tiba-tiba saya flek. Sangat dikit sekali seperti tanda awal mau haid. Karna bukan jadwal yang seharusnya, jadi saya penasaran. Browsing kembali, ternyata ada yang bilang tanda hamil bisa juga terlihat dari adanya flek atau pendarahan kecil (pendarahan implantasi). Saya makin senang dan ke-pede-an.

Singkat cerita sore hari pas pulang kerja saya pergi ke salah satu RSIA swasta di daerah depok. Seorang diri. Bahkan saya kabari suami pas sudah setengah jalan. Suami menyusul jadinya.
Nah nanti mungkin saya akan cerita pengalaman saya di rumah sakit ini pada tulisan lainnya, intinya saya agak kecewa sih dengan pelayanannya. Dengan pemeriksaan dan USG yang sangat singkat, saya di diagnosa punya kista sebesar 2cm! Bukan hamil! Teggggg....sakit sekali hati ini mendengarnya sampai dijalan selama pulang cuma bisa nangis doang, untung suami kembali bisa menguatkan. Makasih ya paksuami. Disini saya berencana untuk hidup lebih sehat. Dibantu ibu mertua dan mama saya, saya rajin makan sayur brokoli dan jus belimbing yang saya baca bisa menyembuhkan kista. Sahabat saya juga membawakan saya kurma muda & air zamzam untuk saya konsumsi berharap kista saya dapat sembuh.

​Agustus 2017 saya kembali cek USG ke tempat berbeda, singkat cerita kista saya sudah tidak terlihat (atau bahkan memang tidak ada dari awal?). Tentu saja saya dan suami bisa hidup lega dan tenang. Di waktu ini kami mencoba promil dengan madu sepasang untuk suami dan istri, namun hanya bertahan 1 bulanan saya dan suami sudah malas-malasan minumnya. Jadi kami putuskan untuk istirahat dulu dari segala hal yang menyangkut promil. Kami ingin istirahat dulu.

Sudah hampir lupa dengan persoalan “kehamilan”, Desember 2017 saya kembali tidak haid. Disini saya tidak mau coba terlalu ke-pede-an lagi, tapi kalau diperhatikan sudah 1 minggu telatnya, bikin penasaran, jadi saya coba testpack dan hasilnya tidak mengagetkan, masih garis 1 juga. Saya termasuk boros dengan penggunaan testpack akhirnya saya memutuskan untuk membeli testpack di online sebanyak foto dibawah ini


Saya coba dan terus coba sampai akhirnya total telat 2 minggu, saya akhirnya haid. Sedih lagi untuk kesekian kalinya. Sampai sempat berfikir kenapa Allah kasih saya kesulitan seperti ini, padahal banyak orang diluar sana yang belum menginginkan namun dengan mudahnya mereka mendapat anugerah terindah yang saya impikan.

Hidup saya terus berjalan. Suami saya membantu saya bangkit dan bahagia kembali. Mengajak saya pergi, liburan singkat, dll. Saya sudah mulai lupa akan sakit hati saya yang lalu. Saya kembali semangat untuk promil. Sepertinya berawal dari bulan Februari 2018 saya coba promil pakai Buah Zuriat, kurma muda, dan susu pra-hamil. Saya juga mulai merutinkan sholat dhuha & sholat hajat setiap harinya, saya berharap usaha saya yang sekarang ini tidak membuat saya kecewa lagi. Sampai suatu ketika setelah lewat beberapa hari kami anniverasary pernikahan yang pertama, SAYA TELAT HAID LAGI!

Jadi saya terakhir haid tanggal 29 Maret sampai 4 April 2018. Harusnya akhir April saya haid lagi, tapi ternyata tidak. Padahal bulan Februari & Maret siklus haid saya lancar dan sudah kembali seperti siklus normal biasanya.

Saya pesimis, merasa tidak yakin. Oke, saya tidak akan tertipu lagi. Saya tidak akan kemakan hal hal kaya gini lagi saya fikir. Tapi, apalah daya, saya hanya orang yang tidak sabaran, jadilah saya coba testpack lagi.

Saya ingat waktu itu telat 3 hari testpack pertama (tanpa sepengetahuan suami) hasilnya masih negatif. Lalu hari ke 8 masih telat, saya tes lagi hasil masih negatif (suami masih belum tau). Sampai akhirnya 13 mei saya coba tes untuk ketiga kalinya daaaaaaan hasilnya garis dua!!!!!! Ya Allah saya sampai lemas, gak percaya, dan nangispun gabisa. Cuma bengong di kamar mandi. Walaupun hasilnya samar sekali, tapi gatau kenapa saya kembali percaya diri dan berharap.
Seperti ini hasil testpacknya:


Saya langsung kasih tau suami, dia langsung cium ciumin saya sambil mengucap rasa syukur. Senang & terharu sekali rasanya, melebihi perasaan sewaktu akad kemarin. Suami meluk saya sangat hangat seperti biasa dengan perasaan bahagia & syukur yang luar biasa. Terima kasih ya Allah, maafkan saya yang suka memaksa dalam doa. Ampuni saya ya Allah...
Kebahagiaan manis yang singkat, telah hanyut terbawa arus kenyataan pahit nan pekat
 Masih dalam suasana hati yang berbunga-bunga, kebetulan hari itu hari minggu dan ada acara keluarga suami. Semuanya berkumpul, dan disana juga berita bahagia ini menyebar. Banyak yang memberikan doa dan perhatiannya. Saya terharu. Terima kasih keluargaku, kalian sangat baik ku rasa.

Keesokan harinya, harusnya subuh tapi karena saya gabisa tidur, jadi saya testpack kembali jam 3 dini hari (hanya untuk memastikan saja). Kali ini saya pakai merk “sensitif” berharap makin kelihatan jelas garisnya. Tapi, aneh sekali, garisnya hanya 1 alias negatif. Saya langsung ambil persediaan testpack saya yang merknya sama dengan yang kemarin, dan garis 1 juga. Saya ambil lagi yang tespack lainnya, cuma 1 garis juga. Ya Allah... ada apa ini. Rasanya saya mau pingsan di kamar mandi. Kaki saya gemetar. Sedih sekali, hati saya sesak dan dipenuhi banyak pertanyaan.

Saya bangunkan suami, saya kasih liat, suami juga kaget. Suami langsung mengajak saya periksa ke dokter yang bisa USG pagi harinya. Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke RSIA Tumbuh Kembang (karena saya pernah diperiksa dengan salah satu dokter disana, dan cocok “waktu itu”). Kami menunggu cukup lama sekitar 2jam-an lebih (nanti saya juga mau tulis pengalaman saya periksa disini). Dan benar saja, setelah di USG kantung janinnya tidak ada, saya tidak hamil. Tapi tunggu, dokter masih sibuk periksa perut saya sambil menatap cemas ke layar monitor. Tiba-tiba dokter bilang “kamu sepertinya punya PCOS”. Hah? Apalagi ini? Ada apa lagi di saya?

Setelah dokter menjelaskan yang intinya penyakit ini membuat saya sulit hamil, saya kembali berduka. Hanyut dalam gelap. Seakan kebahagiaan yang baru saja saya rasakan terserap oleh dementor. Iya, suami kembali menguatkan. Tapi kali ini saya benar-benar payah. Saya nangis di supermarket, di jalan, di kamar, tidak berhenti, berjam-jam. Kali ini, suami saya tidak bisa benar-benar menguatkan saya. Ya Allah kenapa jalan yang harus ku lewati seperti ini. Sedih sekali hati ini.

Dengan perasaan malu, sedih, marah, yang entah kepada siapa, saya membuang semua sisa stok testpack saya. Hati saya sakit. Merasa dipermainkan. Merasa semuanya tidak adil.
Lalu akhirnya kembali tersadar, Allah-lah yang Maha mengetahui sedangkan kita tidak.
 Masuk bulan puasa, Mei sampai awal Juni 2018 saya masih belum haid juga. Perasaan mual sering saya alami, perut bawah pusar saya juga membesar, PD saya juga sering tiba-tiba kencang tapi haid tidak datang juga. Bahkan H-6 hari lebaran saya sakit, muntah tengah malam sampai mama saya bilang “kayaknya kali ini jadi nih, beneran hamil”. Mendengar ucapan mama, saya kembali berfikir apa mungkin iya saya hamil? Saya coba browsing dan menemukan beberapa cerita kalau ada orang yang telat haid testpack negatif tapi hamil, telat haid di USG negatif tapi ternyata nantinya positif hamil ada janinnya, dan sebagainya. Saya kembali optimis seperti yang sudah-sudah (fyi disini kebetulan saya pun masih mengkonsumsi susu pra-hamil).

Dan tiba-tiba.. 2 hari setelah saya sakit dan muntah malam-malam, saya flek. Flek tidak banyak namun tidak sedikit juga. Saya kira mau haid, tapi di hari ke-4 flek saya berhenti total. Saya semakin percaya diri kalau saya memang benar hamil waktu itu sehingga saya memposisikan diri saya sebagai orang hamil. Saya naik motor pelan, makan makanan yang bergizi, kurangi junkfood, dan sebagainya.

Masuk bulan Juli 2018 saya masih belum haid. Setelah diskusi dengan suami, kami memutuskan untuk coba USG transvaginal di RS yang “katanya” bagus. Kami sepakat pergi tanggal 4 Juli 2018.
Tapi, Allah punya rencana lain. Satu hari sebelum saya periksa ke dokter, saya haid sangat banyak dan lancar seperti yang biasanya. Engah kenapa, pas saya lihat darah banyak keluar dari tubuh saya, saya tidak merasakan sakit hati atau sedih atau sebagainya yang sering saya rasakan tiap saya haid. Saya cukup tenang waktu itu. Saya bahkan sempat baca kalau USGTV memang sebaiknya dilakukan pada hari ke-2 menstruasi. Pas banget kan? Jadi Allah kasih saya haid biar saya tidak kecewa pas sehabis periksa di RS dan mungkin Allah mau pemeriksaan saya besok lancar. Siapa yang tahu?

Hasil pemeriksaan dari USG transvaginal adalah semuanya baik-baik saja. Alhamdulillah. Tidak ada kista, miom, ataupun PCOS. Allah maha baik kan. Allah menunjukan kuasanya. Terima kasih ya Allah.

Saya, sekarang ini berfikir... sudah banyak hal yang saya dan suami lalui dan lewati. Walaupun mungkin tidak sebanyak yang teman-teman alami. Saya secara tiba-tiba tersadar, seperti bangun dari mati suri. Selama ini saya sujud, ibadah, berdoa, hanya fokus (dan memaksa) untuk minta momongan. Bukan bersyukur, ataupun memohon ampun atas segala kesalahan dan dosa. Seakan hidup saya masih panjang. Padahal umur tidak ada yang tahu. Astagfirullah. Saya merasa malu sama Allah. Saya merasa tidak tahu diri. Saya lupa jika Allah, Tuhan yang maha mengetahui. Tidak seperti saya yang tidak mengetahui apapun. Pasti ada alasan mengapa Allah belum memberikan kami keturunan. Pasti ada jawabannya. Saya seharusnya menunggu, berserah diri, dan bersabar. Bukan menghakimi apalagi sedih berlarut-larut.

Saya, sekarang ini mencoba untuk lebih mengikhlaskan segala sesuatu yang terjadi. Karena saya yakin daunpun tidak akan jauh tanpa seizin Allah. Semua yang saya alami dan lewati pasti atas seizin Allah. Saya harus bisa belajar. Belajar bersabar, berpasrah, berserah, dan memohon ampun kepada Allah.

“Ya Allah, ampunilah kami. Ampunilah keegoisan kami. Ampuni dan hapuskan. segala pikiran negatif kami...”

Sampai saat ini, tulisan ini di post, saya masih berdua dengan suami tapi dengan perasaan yang baru. Perasaan yang lepas, bebas, dan bahagia.

​“Ya Allah, jika memang sudah saatnya yang tepat, anugerahilah kami keturunan dengan cara alami. Keturunan yang soleh & soleha dari sisiMu. Yang sehat lagi lengkap. Kami berserah dan berpasrah hanya kepadaMu.”

Semoga teman-teman “para penanti” yang membaca ini bisa segera dianugerahi keturunan oleh Allah. Semangat teman-teman, kita satu perjuangan. Kalian tidak sendiri.

Salam hangat,


Si penanti.

Bagikan

Jangan lewatkan

Tentang arti perjuangan, kesabaran, dan penantian ​
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

2 komentar

Tulis komentar
avatar
Anonymous
Tuesday, 10 July, 2018

Terus semangat dan sabar ya bu vina.
semua akan indah pada waktunya, seperti saya juga masi menanti (momongan)
AMINNNN

Reply
avatar
Thursday, 12 July, 2018

Terima kasih sahabatku <3
Aamiin aamiin..

Reply